TUBAN JATIM, www.jejakkasus.info- Presiden RI Susilo
Bambang Yudhoyono SBY dan Ibu Negara Ani Yudhoyono berkurban satu sapi lokal
dengan berat 1.075 kilogram dalam Hari Raya Idul Adha 1435 Hijriah.
"Presiden SBY dan Ibu Negara berkurban
seekor sapi lokal, dari kawasan Tuban, Jawa Timur, berusia sembilan tahun
dengan berat 1.075 kilogram," kata Ketua Badan Pelaksana Pengelola Masjid
Mubarak di Jakarta, Sabtu.
TUJUAN KURBAN DI HARI RAYA IDHUL ADHA dikarenakan Hari Raya Idul Adha merupakan hari besar umat
Islam di seluruh dunia dimana pada hari tersebut didalamnya terdapat suatu
kegiatan yakni penyembelihan hewan ternak (Kurban) dengan tujuan mendapatkan
ridho Allah Swt. Sedangkan penyembelihan hewan ternak (kurban) secara etimologi
berasal dari kata bahasa Arab, yakni Qaraba,
Yaqrabu, Quban wa qurbanan wa qirbanan yang
meliki arti dekat. Jadi, kurban berarti mendekatkan diri kepada Allah SWT
dengan mengerjakan sebagian perintah-Nya. Kurban dalam pengertian kita
sehari-hari sebenarnya diambil dari kata udhhiyah yakni bentuk jama’ dari kata
”dhahiyyah” yaitu sembelihan pada waktu dhuha tanggal 10 sampai dengan 13
Dzulhijjah. Dari sinilah muncul istilah ”Idul Adha”. Dengan demikian yang
dimaksud dengan kurban atau udhhiyah adalah penyembelihan hewan dengan tujuan
beribadah kepada Allah pada hari raya Idul Adha dan tiga hari Tasyriq, yaitu
tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.
Dalam sejarahnya, kurban
menurut firman Allah SWT dalam Q.S. Al Maidah : 27
”Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putra
Adam (Habil dan Kabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan
kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak
diterima dari yang lain (Kabil). Ia berkata (Kabil): "Aku pasti
membunuhmu!" Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima
(korban) dari orang-orang yang bertakwa”. (Q.S. Al Maidah [5]: 27). Dalam
kandungan ayat ini bahwa dalam berkurban dibutuhkan keikhlasan dan persembahan
kepada Allah dan ketaqwaan kita kepada-Nya. Seperti, dikisahkan pada era nabi
Adam a.s., kurban sudah diperkenalkan. Beliau mendapat perintah dari Allah agar
kedua anaknya melakukan kurban. Caranya dengan ”mempersembahkan” hasil bumi dan
hewan ternak. Kedua anaknya, Qobil dan Habil segera memenuhi perintah tersebut.
Habil yang peternak, dengan sepenuh hati berkurban untuk mencari ridha Allah
dengan menyiapkan hewan terbaiknya untuk kurban. Sebaliknya, Qabil, yang
petani, melaksanakan perintah tersebut dengan tidak ikhlas karena Allah, ia
merasa terpaksa. Ia berkurban dengan buah-buahan yang busuk yang ia sendiri
tidak menyukainya. Kurban Habil diterima oleh Allah sedangkan kurban Qabil
ditolak. Kisah tersebut dapat dijadikan suri tauladan yang baik bagi kita
semua.
Adapun makna kurban adalah sebagai berikut :
1. Merupakan pencerah
jiwa karena dengan berkurban berarti jiwa kita terhubung dengan ketaqwaan
kepada Allah SWT;
2. Dapat memupuk keikhlasan, kejujuran dan kesabaran yang membimbing kita mencintai Allah dan akhirnya juga mencintai makhluk ciptaanNya.
3. Mempererat tali persaudaraan kepada sesama manusia serta sikap solidaritas yang tinggi; dan
4. Memperkuat keteguhan hati dan jiwa dalam diri kita.
2. Dapat memupuk keikhlasan, kejujuran dan kesabaran yang membimbing kita mencintai Allah dan akhirnya juga mencintai makhluk ciptaanNya.
3. Mempererat tali persaudaraan kepada sesama manusia serta sikap solidaritas yang tinggi; dan
4. Memperkuat keteguhan hati dan jiwa dalam diri kita.
Semua makna kurban di
atas harus dicermati dan diperhatikan baik-baik karena sungguh berkurban
berarti pendekatan kita kepada Allah SWT. Sikap iman dan taqwa juga meliputi
itu semua. Kesadaran dalam jiwa yang menumbuhkan sikap iman dan taqwa dalam
diri kita dengan makna-makna tersebut.
Berat sekali ujian
keimanan pada era global seperti sekarang ini. Idealisme sulit ditemukan dan
pragmatisme menjadi fenomena sehari-hari. Merosotnya nilai-nilai ideal tidak
saja dalam dunia bisnis tetapi juga dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Kalau dalam masyarakat, orang yang dipandang dan dihormati adalah
mereka yang memiliki kekayaan berlebih, maka korupsi akan tumbuh subur. Suara
dan jeritan kaum fakir miskin dan rakyat jelata sudah tidak lagi diperhatikan.
Tangisan bayi dan orang tua yang hidup sengsara sudah tidak terdengar lagi. Dan
jika para pemimpin bangsa (eksekutif, legislatif dan yudikatif) sudah
berlomba-lomba memamerkan kekayaan dan kewewahan maka tunggullah azab Allah
yang terus datang silih berganti.
Hidup di dunia merupakan rangkaian siklus
kehidupan manusia yang panjang yang bermula dari Allah (alam azali), lahir di
dunia, meninggal dan berada di alam kubur, dibangkitkan kembali dan perhitungan
amal baik serta jahat, kemudian hidup di akhirat, surga atau neraka. Ibadah
haji dan kurban sekali lagi mengingatkan kita terhadap kehidupan masa lalu (
Adam, Qabil, Habil, Ibrahim, Sarah, Ismail) bagaimana mereka berjuang dan
berkurban untuk mendapatkan ridla Allah. Ibadah tersebut juga mengokohkan
semangat kita untuk merenungkan apa arti kurban dan ibadah haji pada masa kini.
Haji dan kurban adalah syariat untuk pensucian jiwa, membersihkan kotoran yang
ada pada hati kita, sifat-sifat ananiyah atau egoisme dibersihkan melalui
ibadah haji dan menyembelih kurban. Kita tebar kepedulian sosial kita kepada
sesama umat manusia melalui penyebarluasan daging kurban, dan persahabatan
abadi kita jalin antar sesama muslim se dunia melalui ibadah haji.
Tidak kalah penting tujuan kurban
adalah untuk menumbuhkan dan memantapkan rasa solidaritas sosial dengan sesama
kaum muslimin sehingga diharapkan dapat menjembatani kesenjangan sosial antara
yang mampu dengan tidak mampu, apalagi dalam kondisi krisis ekonomi yang
berkepanjangan seperti sekarang, ditambah pula konflik yang terjadi di
masyarakat seperti peperangan antara umat Kristen dengan umat Islam di Ambon
dan Maluku yang amat memerlukan bantuan kita sebagai sesama muslim. serta ntuk
menguji apa dan siapa dan sebenarnya yang menjadi orientasi atau tujuan hidup
manusia, apakah harta atau kecintaan kepada anak dibanding dengan kecintaan
kepada Allah?
Demikian juga Wapres dan Ibu yang
berkurban seekor sapi, dengan jenis yang sama, berusia delapan tahun dengan
berat 1.000 Kilogram.
"Kedua hewan kurban dari
Presiden dan Wapres tersebut telah diperiksa kesehatan dan kelayakannya dan
sudah berada di Masjid Istiqlal sejak Jumat (3/10)," katanya.
Rencananya, setelah Shalat Idul Adha,
Minggu (5/10), usai, maka Presiden Yudhoyono secara simbolis akan menyerahkan
sapi tersebut kepada pihak perwakilan Kementerian Agama untuk diberikan ke
Masjid Istiqlal.
Mubarak menjelaskan pelaksanaan
penyembelihan hewan kurban di Masjid Istiqlal dijadwalkan berlangsung Minggu
sore, kemudian didistribusikan ke sejumlah masjid, mushalla dan panti asuhan di
kawasan Jakarta Pusat setelah Azan Maghrib.
"Jadi nanti setelah disembelih,
petugas kami dari Masjid Istiqlal akan mengantarkan ke sub-rayon yang ada di
Jakarta Pusat. Seluruh komunitas yaitu masjid, mushalla dan panti asuhan
tersebut sudah terhimpun datanya di kami dan sudah kami verifikasi,"
terangnya.
Dia menjelaskan sistem pembagian
paket daging kurban untuk Idul Adha tahun ini berbeda dari tahun-tahun
sebelumnya, karena pihak panitia kurban Istiqlal biasanya membagikan kupon
kepada masyarakat untuk kemudian ditukarkan dengan paket daging.
Hal itu, lanjut Mubarak, menjadi
bagian dari program Pelayanan Prima Istiqlal 2014 yang dimaksudkan untuk memberikan
perubahan lebih baik dalam melayani umat.
"Tahun ini tidak ada pembagian
langsung kepada masyarakat, tidak ada lagi antrean berdesak di Istiqlal. Biar
masyarakat tetap di tempat masing-masing, nanti paket daging kurban diantar
oleh panitia masjid, mushalla dan panti asuhan yang telah terdata di
kami," ujarnya.(JK1).