Jika anda menghendaki sesuatu atau anda mendapatkan tantangan atau cobaan yang anda tidak sanggup, maka
www.jejakkasua.com melangsir dari kitab suci Al Quran. amalkan surat ini dengan khusu' dan ikhklas.
Jejak Kasus,
www.jejakkasus.com
- Makna ayat ini bukan berarti bahwa setiap Allah berkehendak
menciptakan sesuatu, maka dia berkata:“Kun”, dengan huruf “Kaf” dan
“Nun” yang artinya “Jadilah…!”. Karena seandainya setiap berkehendak
menciptakan sesuatu Allah harus berkata “Kun”, maka dalam setiap saat
perbuatan-Nya tidak ada yang lain kecuali hanya berkata-kata: “kun, kun,
kun…”. Hal ini tentu rancu.
Karena sesungguhnya dalam waktu yang
sesaat saja bagi kita, Allah maha Kuasa untuk menciptakan segala
sesuatu yang tidak terhitung jumlanya. Deburan ombak di lautan,
rontoknya dedaunan, tetesan air hujan, tumbuhnya tunas-tunas, kelahiran
bayi manusia, kelahiran anak hewan dari induknya, letusan gunung,
sakitnya manusia dan kematiannya, serta berbagai peristiwa lainnya,
semua itu adalah hal-hal yang telah dikehendaki Allah dan merupakan
ciptaan-Nya. Semua perkara tersebut bagi kita terjadi dalam hitungan
yang sangat singkat, bisa terjadi secara beruntun bahkan bersamaan.
Sifat
perbuatan Allah sendiri (Shifat al-Fi’il)tidak terikat oleh waktu.
Allah menciptakan segala sesuatu, sifat perbuatan-Nya atau sifat
menciptakan-Nya tersebut tidak boleh dikatakan “di masa lampau”, “di
masa sekarang”, atau “di masa mendatang”. Sebabperbuatan Allah itu
azali, tidak seperti perbuatan makhluk yang baharu.
Ù‚َالَ رَسُÙˆْÙ„ُ اللهِ: “Ùƒَانَ اللهُ ÙˆَÙ„َÙ…ْ ÙŠَÙƒُÙ†ْ Ø´َىءٌ غَÙŠْـرُÙ‡ُ” (رواه البخاري والبيهقي وابن الجارود)
Rasulullah
Shallallahu ‘Alayhi Wa Sallam bersabda: “Allah ada pada azal (Ada tanpa
permulaan) dan belum ada sesuatupun selain-Nya”. (H.R. al-Bukhari,
al-Bayhaqi dan Ibn al-Jarud)
Perbuatan Allah tidak terikat oleh
waktu, dan tidak dengan mempergunakan alat-alat. Benar, segala kejadian
yang terjadi pada alam ini semuanya baharu, semuanya diciptakan oleh
Allah, namun sifat perbuatan Allah atau sifat menciptakan Allah (Shifat
al-Fi’il) tidak boleh dikatakan baharu.
Kemudian dari pada itu,
kata “Kun” adalah bahasa Arab yang merupakan ciptaan Allah (al-Makhluk).
Sedangkan Allah adalah Pencipta (Khaliq) bagi segala bahasa. Maka
bagaimana mungkin Allah sebagai al-Khaliq membutuhkan kepada ciptaan-Nya
sendiri (al-Makhluq)?! Seandainya Kalam Allah merupakan bahasa,
tersusun dari huruf-huruf, dan merupakan suara, maka berarti sebelum
Allah menciptakan bahasa Dia diam; tidak memiliki sifat Kalam, dan Allah
baru memiliki sifat Kalam setelah Dia menciptakan bahasa-bahasa
tersebut. Bila seperti ini maka berarti Allah baharu, persis seperti
makhluk-Nya, karena Dia berubah dari satu keadaan kepada keadaan yang
lain. Tentu hal seperti ini mustahil atas Allah.
( Ù„َÙŠْسَ ÙƒَÙ…ِØ«ْÙ„ِÙ‡ِ Ø´َىءٌ ) (سورة الشورى: 11)
“Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya, dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya”. (QS. as-Syura: 11)
Dengan
demikian makna yang benar dari ayat dalam QS. Yasin: 82 diatas adalah
sebagai ungkapan bahwa Allah maha Kuasa untuk menciptakan segala sesuatu
tanpa lelah, tanpa kesulitan, dan tanpa ada siapapun yang dapat
menghalangi-Nya. Dengan kata lain, bahwa bagi Allah sangat mudah untuk
menciptakan segala sesuatu yang Ia kehendaki, sesuatu tersebut dengan
cepat akan terjadi, tanpa ada penundaan sedikitpun dari waktu yang Ia
kehendakinya.
wallahu a’lam bisshowab
Demikian semoga bermanfaat. TTD. Supriyanto alias Pria Sakti/ ilyas
www.jejakkasus.com kontak; 082141523999