www.jejakkasus.info,
BARRU- Ini sebagian daftar Kkekayaan Bupati Barru Idris Syukur yang di duga di
Peroleh dengan cara tidak halal (Suap Penyuapan, Penggelapan, Pemerasan, Gratifikasi)
yang di Ungkap oleh Mahasiswa barru: 1 Daimhatsu Terios F700RG TX AT (Rp.
160.000.000).
1 Mitsubishi Type Pajero Sport (Rp. 464.000.000).
1 Ford Ranger double cab (Rp. 319.000.000). 1 Suzuki SX4 (Rp. 227.000.000). 1
Nissan Serena Highway Star AT, (Rp. 329.000.000). 1 unit rumah senilai Rp. 5 M.
Tambak (empang) seluas 13 HA (Rp. 2,6 M). 1 Jeep Wrangler (Rp. 690.000.000).
Tambak dan tanah kering seluas 20 HA (Rp. 4 M). Kebun 8 HA (Rp. 640 jt). 2 unit
apartemen (Rp. 3.200.000.000). 4 unit ruko (Rp. 1,8 M). 1 Toyota Alphard (Rp. 950.000.000),
1 Honda CR-V (Rp. 397.000.000).
sawah 6.150 meter persegi (Rp. 765.750.000).Dll.
Melirik
Kepemimpinan Bupati Barru, Ir HA Idris Syukur dari Disclaimer Menuju WTP
Pada tahun Awal, Melunasi Utang Lama Rp120 Miliar
Menjadi
seorang pemimpin tidaklah mudah. Dilalui dengan jiwa besar dan tantangan
melanjutkan kepemimpinan sebelumnya. Begitupun halnya menjadi seorang bupati.
Harus siap melanjutkan pekerjaan periode sebelumnya. Termasuk melunasi utang
periode pendahulunya. Itu yang dirasakan Bupati Barru, HA Idris Syukur saat
menerima tongkat estafet dari bupati sebelumnya. Dia mewarisi utang senilai
Rp120 miliar yang harus dilunasi pada periodenya. Berikut wawancaranya bersama wartawan Harian
Ujungpandang Ekspres, Muhammad Akbar pekan lalu.
Sangat jarang yang tahu masa kepemimpinan
anda dibebani hutang lama dengan jumlah cukup besar. Gimana ceritanya?
Alhamdulillah
utang itu sedikit demi sedikit sudah kita lunasi. Saya datang dalam keadaan
devisit Rp 68 miliar dan itu sudah terbayar.
Total keseluruhan utang yang harus kita bayar sebesar Rp 120 miliar.
Kemudian utang Bank Dunia yang saya bayar Rp 4 miliar pertahun, itu baru
bunganya. Kemudian tahun berikutnya bunga plus pokoknya berkisar Rp8 miliar
pertahun. Belum lagi PNPM sebesar Rp 12 miliar ditambah non fisik sebesar Rp 10
miliar. Awalnya utang PNPM itu belum ketahuan, namun baru ketahuan belakangan.
Kalau kita
bagi dengan 60 bulan masa kepemimpinan kami, maka setiap kami membayar utang
Rp2 miliar setiap bulannya atau Rp75 juta per hari.
Apakah utang tersebut sudah anda
ketahui sebelum menjadi bupati?
Belum. Nanti
setelah dilantik baru kami tahu. Itupun awalnya yang kami ketahui hanya utang
Bank Dunia sebesar Rp68 miliar itu. Ternyata belakangan baru muncul kewajiban
membayar PNPM Rp48 miliar dan utang pembiayaan pembangunan non infrastruktur
itu. Makanya selalu saja penilaian keuangan Pemkab Barru selalu disclaimer
waktu itu.
Bagaimana pearasaan anda setelah
mengetahui ternyata mewarisi utang yang besar?
Inilah
seninya menjadi pemimpin. Memang kalau mau dipikir-pikir ini bukan beban saya.
Karena yang meminjam adalah bupati sebelumnya. Tetapi sebagai seorang bupati
kita harus melanjutkan pekerjaan periode sebelumnya termasuk utang-utangnya.
Kalau mau cuek, bias saja kita berfikir tak perlu menyelesaikan utang itu. Tapi
kan ini pemerintahan yang harus kita jalankan demi kepentingan rakyat, maka
saya merasa punya kewajiban untuk menyelesaikannya.
Saya malah
bangga jika mampu menyelasaikan masalah-masalah, itu adalah tantangan sebagai
pemimpin. Termasuk menyelasikan utang lama. Ini sebuah prestasi menurut saya.
Utang lama itu sebenarnya digunakan
untuk apa?
Pinjaman itu
digunakan untuk membangun infrastruktur. Ada dua pasar yang dibangun waktu itu.
Memang bunga yang dibebankan oleh Bank Dunia waktu itu cukup besar juga sekitar
9%. Padahal sebenarnya bisa lebih murah lagi. Daerah lain ada yang hanya
mendapat bunga 4%-5%. Seharusnya waktu itu melibat akademisi-akademisi yang
lebih paham, jangan langsung menerima saja.
Jadi tiga tahun ini energy
pemerintahan anda dikuras untuk membayar utang?
Iya. Memang
seperti itu. Bisa anda bayangkan kalau utang Rp120 miliar itu dibagi dengan
masa menjabat saya, maka rata-rata per hari kami harus membayar utang Rp75
juta. Jadi setiap bangun tidur, langsung bayar Rp75 juta.
Meski
demikian, kita tetap berupaya melakukan langkah-langkah yang terbaik dalam
menyelesaikan itu. Alhamdulillah, tahun ini laporan keuangan daerah sudah tidak
lagi disclaimer. Devisit kita juga sudah berkurang. Mudah-mudahan tahun depan kita sudah bisa
dapat WTP.
Dengan utang sebesar itu apa
pembangunan tak jalan?
Tidak juga.
Memang ada sedikit kendala karena kita harus memenuhi kewajiban itu. Tetapi
meski demikian kita tetap melakukan
pembangunan dengan memaksimalkan penggunaan anggaran yang ada. Misalnya, kita
sudah membangun dua pasar dan tak perlu meminjam. Kita juga membangun taman
Colli Pujie dengan kemampuan financial sendiri.
Bahkan
sebenarnya, kalau kita logikakan, pembangunan di periode lalu itu, dibangun
oleh pemerintahan kami. Kenapa? Karena pada masa kamilah kemudian utang-utang
pembiayaan infrastruktur itu dilakukan.
Jika tak ada utang sebesar itu,
kira-kira apa yang bisa dibangun?
Wah banyak.
Bisa dibayangkan kalau uang sebesar itu kita gunakan, maka kita bisa membangun
jalan sepanjang 120 kilometer. Semua
jalan di Kabupaten Barru akan kita bangun sampai pelosok-pelosok.
Meski secara financial pemerintahan
anda pada awal periode kurang longgar, namun anda berhasil mengisi sekitar 500
jabatan yang lowong pada periode sebelumnya. Bukankah itu menguras anggaran
karena pemerintah harus membayar tunjangan jabatan?
Pada tahun
pertama menjabat, kami menemukan dari sekitar 600-an jabatan, hanya terisi
sekitar 100-an di lingkup Pemkab Barru. Ini juga persoalan, karena pemerintahan
kan tidak bisa jalan jika seperti itu. Makanya kami langsung melakukan
pengisian jabatan-jabatan itu. Tapi melalui mekanisme fit and proper test. Kita
menguji kompetensi mereka. Kita mengundang akademisi untuk menguji.
Alhamdulilah, saat ini jabatan lowong itu sudah terisi hingga mencapai 500-an.
Sisanya belum kita isi karena memang kita kekurangan tenaga.Apalagi saya tahu
betul apa cita-cita seorang PNS. Saya mengerti apa yang mereka kejar dalam
karier. Saya kan pernah merasakan
sendiri menjadi seorang PNS dari
golongan terendah sampai kini sudah menjadi 1E. Sama dengan jenderal bintang
lima.
0 comments:
Post a Comment