Sunday, November 2, 2014

Memproduksi Roti, PT Graha Pangan Sentosa (GPS) Diduga Gunakan Telor Limbah

www.jejakkasus.info, Mojokerto - PT Graha Pangan Sentosa (GPS), pabrik yang memproduksi berbagai jenis roti ini, diduga menggunakan telor ayam gagal pembuahan alias telor limbah (invertil) sebagai bahan utama.

Hal ini seperti diadukan salah seorang warga Desa Cangkringrandu, Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang. Menurutnya, telor limbah itu disuplai dari PT Charoen Pokphan Jaya Farm HTC.

Sumber Jejak Kasus di lingkup PT Charoen Pokphan menjelaskan, berdasarkan DO (delivery order) yang dikeluarkan yakni jenis telor invertil atau telor yang sudah di oven selama 18 hari dan telor ini tidak layak dikonsumsi manusia karena sudah mengandung faksin. Namun, telor invertil tersebut untuk pakan ikan lele (sesuai surat jalan dari Pokphand), hal ini juga sama halnya dengan PT Pokphand lain seperti di Sirat Lamongan dan Sidoarjo.

Penelusuran Jejak Kasus mendapati muatan telor limbah itu pada kendaraan jenis L300 yang tertutup rapat dan tanpa surat jalan. Kendaraan ini masuk ke area pabrik PT GPS di Jl raya bypass Km 54 Mojokerto, pada Kamis (16/10/2014) sekitar jam 08.30 WIB.

Sayangnya, penelusuran lebih jauh hari itu terhenti karena pihak security pabrik produsen roti bolu ini menghalang-halangi. Kendati demikian, Manager PT GPS membantah jika olahan roti yang dibuat di PT GPS menggunakan telor limbah dari PT Charoen Pokphan. "Kami disuplai dari Yuli Sulistyowati, suplayer asal Gempol Pasuruan," jawab Hendrik, Rabu (22/10/2014), tanpa bisa menunjukkan berkas DO atau surat jalan yang ditanya Jejak Kasus.

Merasa khawatir diberitakan, PT GPS kembali mengundang Jejak Kasus untuk klarifikasi dengan mendatangkan pihak suplayer, Yuli yang juga dokter hewan, beserta Agus seorang anggota Brimob Porong. Dalam klarifikasi itu, Yuli menyatakan telor yang disuplai ke PT GPS adalah telor layak konsumsi.

Nyatanya, klarifikasi tersebut sangat berbeda dengan pengakuan sopir yang mengirim telor dari Hana Jombang pada Kamis (16/10/2014), dimana kondisi telor saat dipecah, warna kuning telor sudah bercampur dan menimbulkan bau menyengat.
Hal ini juga terlontar dari pengakuan salah satu staf PT GPS yang mengatakan, suplai telor tersebut dari Sirat Lamongan.
Atas temuan ini, Yayasan Perlindungan Konsumen (Yapeknas) Mojokerto bersama dengan LSM NGO-HDIS bakal melapor ke Kepolisian Daerah (Polda) Jatim, "Bukti awal sudah kami kantongi, bahwa bahan baku pembuatan roti bolu PT GPS diduga menggunakan telor limbah (invertil), dan hal ini akan kami laporkan ke Polda Jatim karena tidak sesuai dengan UU No 8/1999 tentang perlindungan konsumen," tegasnya. (tim/priasakti)

0 comments: