Banyuwangi,
www.jejakkasus.info- Banyuwangi
adalah sebuah kota yang berada di ujung paling timur di Jawa Timur dan
merupakan kabupaten terluas di Jawa Timur, memiliki 24 kecamatan, Wilayahnya
cukup terdiri dari dataran tinggi dan dataran rendah.
Dan
Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki banyak kebudayaan dan
peninggalan bersejarah. Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional,
lokal, maupun kebudayaan asing yang telah ada di Indonesia. Kebudayaan bangsa
merupakan kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai
puncak-puncak di seluruh daerah Indonesia. Sedangkan kebudayaan nasional
sendiri ialah segala sesuatu yang khas dan bermutu dari suku bangsa yang bias
mengidentifikasikan diri serta menimbulkan rasa bangga. Kebudayaan nasional
dipahami sebagai kebudayaan bangsa yang sudah berada pada posisi yang memiliki
makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur
pemersatu dari bangsa Indonesia yang sudah sadar dan mengalami persebaran
secara nasional. Kebudayaan dan peninggalan bersejarah tersebut memiliki
bermacam-macam karakteristik sesuai dengan tempat asalnya. Misalnya di daerah
Banyuwangi, Jawa Timur.
Banyak
sekali obyek wisata yang ditemukan di Banyuwangi, mulai dari obyek wisata yang
berada di pegunungan yaitu Margo Utomo (Kalibaru), Ijen, Kalibendo (Glagah),
dll. Untuk obyek wisata yang bernuansa pantai kita dapat menemukan di
Bedul(purwoharjo), pantai Grajagan (Purwoharjo), Watu Dodol (Kalipuro). Tak
kala lupa wisata edukasi antara lain situs Rawa Bayu(Songgon), situs Macan
Putih(Kabat), serta situs Umpak Songo di daerah Muncar tepatnya di Desa
Tembokrejo
Umpak
songo adalah tumpukan batu berlubang mirip penyangga tiang bangunan yang
berjumlah Sembilan. Umpak berarti tangga dan Songo berarti Sembilan. Situs ini
ditemukan pada tahun 1916 oleh Mbah Nadi Gede, warga dari Bantul, Jogjakarta.
Umpak Songo merupakan sisa peninggalan kebudayaan agama hindu pada saat itu.
Situs ini ditemukan pada tahun 1916 oleh Mbah Nadi Gede, warga dari Bantul,
Jogjakarta.
Umpak
Songo pertama ditemukan kondisinya sudah tertimbun
tanah di hutan belantara. Begitu digali, ternyata mirip sebuah candi. Diyakini,
Umpak Songo dahulunya adalah balai pertemuan bagi raja Blambangan bersama
bawahannya. Tahun 1938, seorang raja dari Solo, Mangku Bumi IX, mengunjungi
tempat itu. Kemudian, tempat ini diberi nama Umpak Songo. Mangku Bumi sempat
mengisahkan lokasi itu adalah bekas peninggalan kerajaan Blambangan dengan rajanya
Minak Jinggo.
Puncak keramaian Umpak Songo adalah hari raya
Kuningan. Umat Hindu selalu antre bersembahyang di tempat ini. Hari biasa pun
sejumlah pemedek dari Bali juga banyak mengalir. Situs Umpak Songo hanya
berjarak satu kilometer arah timur Pura Agung Blambangan, pura terbesar di
Banyuwangi. Di sekitar Umpak Songo banyak ditemukan saksi sejarah kebesaran
Blambangan. Ada gumuk sepur, bukit yang memanjang. Konon ini adalah benteng
raksasa kerajaan Blambangan. Akibat kurangnya pemahaman masyarakat, gumuk sepur
dihancurkan dan lokasinya dijadikan lahan pertanian.
Tak jauh dari Umpak Songo, ada Umpak Lima.
Konon, tempat ini adalah ruangan semadi raja-raja Blambangan. Bangunan ini kini
sudah musnah. Warga meratakannya dengan tanah, lalu dibangun sebuah mushola.
Warga yang bertempat tinggal di sekitar situs Umpak Songo adalah keluarga
besar. Jumlahnya 20 KK. Mereka keturunan Mbah Nadi Gde. Saat ini hanya tinggal
Umpak Songo yang masih terlihat bentuknya. Itu pun kondisinya sudah
memprihatinkan. Sejumlah batu dan benda-benda sejarah lainnya sudah hilang.
Meski sudah masuk cagar budaya, perhatian terhadap Umpak Songo, minim. Baru
tahun 2008, Pemkab Banyuwangi membuat tembok keliling di sekitar lokasi
meskipun Umpak Songo juga masih berstatus lahan milik pribadi. (Gusmemed).
0 comments:
Post a Comment