Friday, October 16, 2015

Kita Jalani, syukuri, dan kita nikamati saja hidup ini



Di dalam hidup, kita harus menghadapinya dengan tegar, profesional, menjalani, nikmati dan mensyukurinya, karena hidup merupakan suatu anugrah dari sang maha pencipta. Hadapi dan jalani apapun masalahnya, karena manusia hidup di dunia tidak lepas dari suatu masalah jadikan hati kita seluas samudra yang bisa menampung dan menyelesaikan suatu masalah .
Terkadang hidup ini tidak adil, itu kenyataan yang tidak bisa dihindarkan mengeluhpun tidak ada gunanya dan tidak merubah suatu apapun.
Kehidupan akan terus mengalir seperti air, begitu banyak orang yang mengeluh karena dirinya mungkin begitu banyak masalah yang dihadapinya, ada juga yang bilang dirinya tidak berguna sehingga mereka menyalahkan Tuhannya.
Keberhasilan bukan dari sebuah takdir, akan tetapi dari hasil kombinasi, upaya ihktiar dan Do’a, serta pandai bersukur apa yang sudah di dapatkan dari sang maha kuasa.
Wujudkanlah impianmu, lakukanlah dan wujudkan impianmu yg terdekat/ impian yang kecil dulu, sesuai dengan kemampuan kita, dengan impian yang kecil, lama-lama akan terkumpul menjadi bukit dan besar dengan seiring jalannya waktu.
Ingat keraguan adalah yg pertama kali membunuh impian kita, maka lakukanlah seakan kamu akan hidup lebih lama dan berdo’a seakan kamu akan mati besok.
Kegagalan bukan akhir dari segalanya, Perhatikan berapa banyak orang yang sering gagal menjadi orang hebat dan sukses, kalau mau gagal, sekalian gagal yang besar.
Setialah pada kebaikan dan kebenaran, Sandarkan dan gantungkanlah kepada Allah Swt, karena Allah maha segala-galanya, amin.
Baca: Makna dan Kehebatan QS. Surat Yasin: 82, Innama Amruhu Idza Arada Sya’ian An Yaqula Lahu Kun Fayakun”.
Jika anda menghendaki sesuatu atau anda mendapatkan tantangan atau cobaan yang anda tidak sanggup, maka www.jejakkasua.com melangsir dari kitab suci Al Quran. amalkan surat ini dengan khusu' dan ikhklas.
Jejak Kasus, www.jejakkasus.com - Makna ayat ini bukan berarti bahwa setiap Allah berkehendak menciptakan sesuatu, maka dia berkata:“Kun”, dengan huruf “Kaf” dan “Nun” yang artinya “Jadilah…!”. Karena seandainya setiap berkehendak menciptakan sesuatu Allah harus berkata “Kun”, maka dalam setiap saat perbuatan-Nya tidak ada yang lain kecuali hanya berkata-kata: “kun, kun, kun…”. Hal ini tentu rancu.

Karena sesungguhnya dalam waktu yang sesaat saja bagi kita, Allah maha Kuasa untuk menciptakan segala sesuatu yang tidak terhitung jumlanya. Deburan ombak di lautan, rontoknya dedaunan, tetesan air hujan, tumbuhnya tunas-tunas, kelahiran bayi manusia, kelahiran anak hewan dari induknya, letusan gunung, sakitnya manusia dan kematiannya, serta berbagai peristiwa lainnya, semua itu adalah hal-hal yang telah dikehendaki Allah dan merupakan ciptaan-Nya. Semua perkara tersebut bagi kita terjadi dalam hitungan yang sangat singkat, bisa terjadi secara beruntun bahkan bersamaan.

Sifat perbuatan Allah sendiri (Shifat al-Fi’il)tidak terikat oleh waktu. Allah menciptakan segala sesuatu, sifat perbuatan-Nya atau sifat menciptakan-Nya tersebut tidak boleh dikatakan “di masa lampau”, “di masa sekarang”, atau “di masa mendatang”. Sebabperbuatan Allah itu azali, tidak seperti perbuatan makhluk yang baharu.

Ù‚َالَ رَسُÙˆْÙ„ُ اللهِ: “Ùƒَانَ اللهُ ÙˆَÙ„َÙ…ْ ÙŠَÙƒُÙ†ْ Ø´َىءٌ غَÙŠْـرُÙ‡ُ” (رواه البخاري والبيهقي وابن الجارود)

Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa Sallam bersabda: “Allah ada pada azal (Ada tanpa permulaan) dan belum ada sesuatupun selain-Nya”. (H.R. al-Bukhari, al-Bayhaqi dan Ibn al-Jarud)

Perbuatan Allah tidak terikat oleh waktu, dan tidak dengan mempergunakan alat-alat. Benar, segala kejadian yang terjadi pada alam ini semuanya baharu, semuanya diciptakan oleh Allah, namun sifat perbuatan Allah atau sifat menciptakan Allah (Shifat al-Fi’il) tidak boleh dikatakan baharu.

Kemudian dari pada itu, kata “Kun” adalah bahasa Arab yang merupakan ciptaan Allah (al-Makhluk). Sedangkan Allah adalah Pencipta (Khaliq) bagi segala bahasa. Maka bagaimana mungkin Allah sebagai al-Khaliq membutuhkan kepada ciptaan-Nya sendiri (al-Makhluq)?! Seandainya Kalam Allah merupakan bahasa, tersusun dari huruf-huruf, dan merupakan suara, maka berarti sebelum Allah menciptakan bahasa Dia diam; tidak memiliki sifat Kalam, dan Allah baru memiliki sifat Kalam setelah Dia menciptakan bahasa-bahasa tersebut. Bila seperti ini maka berarti Allah baharu, persis seperti makhluk-Nya, karena Dia berubah dari satu keadaan kepada keadaan yang lain. Tentu hal seperti ini mustahil atas Allah.

( Ù„َÙŠْسَ ÙƒَÙ…ِØ«ْÙ„ِÙ‡ِ Ø´َىءٌ ) (سورة الشورى: 11)

 “Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya, dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya”. (QS. as-Syura: 11)

Dengan demikian makna yang benar dari ayat dalam QS. Yasin: 82 diatas adalah sebagai ungkapan bahwa Allah maha Kuasa untuk menciptakan segala sesuatu tanpa lelah, tanpa kesulitan, dan tanpa ada siapapun yang dapat menghalangi-Nya. Dengan kata lain, bahwa bagi Allah sangat mudah untuk menciptakan segala sesuatu yang Ia kehendaki, sesuatu tersebut dengan cepat akan terjadi, tanpa ada penundaan sedikitpun dari waktu yang Ia kehendakinya.

wallahu a’lam bisshowab
Penanggung Jawab Posting: Supriyanto alias Pria Sakti/ ilyas Direktur Eksekutif Jejak Kasus, Kantor I. Jejak Kasus:  Jalan Raya Kemantren 82, Desa Terusan, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa timur. Kantor II Harian Jejak Kasus dan NGO HDIS Jalan Sriti 13 Perum Puskopad Sooko Mojokerto, Jatim. Email: direskrimumjejakkasus@yahoo.com kontak: 082141523999. (Pria Sakti).

0 comments: