Sesat atau kesesatan
bahasa Arabnya adalah dhalâl atau dhalâlah. Ia merupakan mashdar
(gerund) dari dhalla–yadhillu–dhalâl[an] wa dhalâlat[an];
maknanya di antaranya: ghâba wa khâfa (tersembunyi), dzahaba
(pergi/lenyap), dhâ’a (sia-sia), halaka (rusak), nasiya
(lupa), al-hayrah (bingung), dan khatha’a (keliru).
Al-Quran menjelaskan orang-orang yang sesat, yaitu orang-orang yang
menyekutukan Allah (QS an-Nisa’ [4]: 116); orang kafir (QS an-Nisa’ [4]: 136);
orang murtad alias menjadi kafir setelah beriman (QS Ali Imran [3]: 90); orang
yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan lagi tidak mengetahui, dan
mereka mengharamkan apa yang Allah telah berikan kepada mereka semata-mata demi
mendustakan Allah (QS al-An’am [6]:140); berputus asa dari rahmat Tuhannya (QS
al-Hijr [15]: 56); orang yang telah dikuasai oleh kejahatannya (QS al-Mu’minun
[23]:106); mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, yaitu memilih yang lain dalam suatu
perkara, padahal Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu keputusan dalam
perkara tersebut (QS al-Ahzab [33]: 36); orang kafir, yaitu orang yang lebih
menyukai kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat serta menghalang-halangi
(manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok (QS
Ibrahim [14]: 2-3). Termasuk bagian dari kesesatan (adh-dhalâlah) adalah
perilaku berhukum kepada thaghut (QS an-Nisa’ [4]: 60) serta mengambil musuh
Allah dan musuh kaum Muslim sebagai wali, karena rasa kasih sayang (QS
Mumtahanah [60]: 28), dan sebagainya.Berdasarkan semua itu, secara syar’i, adh-dhalâl bisa didefinisikan sebagai penyimpangan dari Islam dan kufur terhadap Islam (inhirâf ’an al-islâm wa kufr bihi). Dengan demikian, semua bentuk penyimpangan dari Islam merupakan bagian dari kesesatan. Akan tetapi, tidak semua bentuk penyimpangan dari Islam itu menjadikan pelakunya bisa divonis sesat. Al-Quran sendiri menjelaskan bahwa perbuatan berhukum pada hukum thaghut (hukum selain dari yang diturunkan oleh Allah) merupakan perbuatan kufur. Namun, tidak semua pelakunya divonis kafir, tetapi ada juga yang dinilai fasik atau zalim.
Penyimpangan dari Islam itu bisa berupa kesalahan, yaitu kekeliruan pemahanan dan praktik yang terkait dengan perkara syariah yang konsekuensinya adalah maksiat. Namun, penyimpangan bisa juga dalam bentuk kesalahan pemahaman yang terkait dengan perkara akidah atau syariah, tetapi diyakini kebenarannya, yaitu yang merupakan perkara qath’i atau bagian dari perkara yang ma’lûm min ad-dîn bi adh-dharûrah, yang konsekuensinya adalah kekufuran. Hal yang sama berlaku juga dalam hal pengingkaran.
Dengan demikian, penyimpangan dan pengingkaran yang berkonsekuensi penganut atau pelakunya bisa dinilai sesat adalah penyimpangan atau pengingkaran dalam perkara ushul, bukan dalam perkara furu’. Perkara ushul adalah perkara yang berkaitan dengan akidah.
Beralamatkan: Jalan raya Kemantren 82, Terusan, Gedeg, Mojokerto, kode pos. 61351 Jawa timur. Kontak person: 082141523999, terima kasih sudah berpartisipasi, berbagi dengan kami. untuk mengetahui berita hukum dan kriminal jejak kasus, Klik di sini,www.jejakkasus.info . (Pria Sakti Direktur Eksekutif Jejak Kasus).