Surabaya, www.jejakkasus.com –
Saat itu, saat tentara Inggris menghancurkan dinding-dinding di
Surabaya, pada tanggal 10 November 1945 pada waktu itu pagi hari. Kota
surabaya dikepung total dengan sejumlah 30.000 anggota infanteri. Mereka
adalah sejumlah pesawat terbang, tank, dan kapal perang yang
membombardir dari laut dan udara. Mereka tentara sekutu dan NICA.
Sementara ribuan pribumi dari Tentara Keamanan Rakyat bergerak lincah di sudut-sudut kota. Mereka sama-sama menggulung lengan baju dan mengangkat senjata. Mereka berdoa, dengan cara yang berbeda-beda. Muslim, kristiani, atau agama apa saja. Tak ada satu pun yang mempermasalahkannya. Mereka kompak dalam komando yang sama. Dibantu warga, TKR berhasil memukul telak penjajah saat itu dan untuk selamanya.
Keberhasilan mereka mengusir tentara Inggris adalah pesan berharga buat kita saat ini. Bahwa kebersamaan adalah niscaya, demi tujuan yang lebih besar milik bersama. Perbedaan suku dan agama selalu bisa dikesampingkan, sebab ada hal yang lebih penting dilakukan: mempertahankan kemerdekaan.
Kekuatan kebersamaan bukan berhasil kali itu saja. Perang kemerdekaan Agustus 1945 adalah bukti lainnya. Bulan di mana perbedaan keyakinan tidak pernah laku untuk diperdebatkan. Bulan di mana topik utamanya adalah persatuan, persatuan, dan persatuan. Tak peduli kamu menyembah Tuhan dengan cara apa, yang penting kita berjabat tangan, bersatu melawan penjajahan.
Saat itulah taman-taman Makam Pahlawan menjadi simbol Persatuan, Makam para pahlawan berjejer kiri ke kanan, dengan batu nisan bermacam-macam, ada yang berbentuk salib atau bertuliskan ayat Al Quran, Cut Nyak Din yang muslim dan Soegija yang katholik tidak seiman, tapi semuanya dapat respek karena telah bersama-sama berjuang. Tak ada yang dikecualikan, Hal itu menggambarkan Indonesia tidak membeda bedakan golongan, atau agama, yang terperting saling dapat menghargai / menghormati satu sama lainnya, Demi Persatuan dan Kesatuan, pasalnya dengan bersatu, kita tidak mudah jatuh dan kalah, Red_ Harian Jejak Kasus (Pria Sakti).
Lebih jauh, para pahlawan, yang kini bersemayam di tempat luhur, mengajak kita untuk selalu berjuang sampai titik keringat penghabisan. Mereka juga teladan yang cocok untuk kejujuran, keberanian, dan pengorbanan.
Di atas itu semua, mereka membuktikan bahwa perbedaan bukan sinonim perpecahan, melainkan alasan persatuan. Mereka berulang kali membuktikan bahwa keberagaman adalah kekuatan yang begitu besar.
Hari Pahlawan yang kita peringati mengajak kita percaya dua hal: Perbedaan adalah kekayaan, dan persatuan melahirkan kekuatan. Hebat, bukan?
Sementara ribuan pribumi dari Tentara Keamanan Rakyat bergerak lincah di sudut-sudut kota. Mereka sama-sama menggulung lengan baju dan mengangkat senjata. Mereka berdoa, dengan cara yang berbeda-beda. Muslim, kristiani, atau agama apa saja. Tak ada satu pun yang mempermasalahkannya. Mereka kompak dalam komando yang sama. Dibantu warga, TKR berhasil memukul telak penjajah saat itu dan untuk selamanya.
Keberhasilan mereka mengusir tentara Inggris adalah pesan berharga buat kita saat ini. Bahwa kebersamaan adalah niscaya, demi tujuan yang lebih besar milik bersama. Perbedaan suku dan agama selalu bisa dikesampingkan, sebab ada hal yang lebih penting dilakukan: mempertahankan kemerdekaan.
Kekuatan kebersamaan bukan berhasil kali itu saja. Perang kemerdekaan Agustus 1945 adalah bukti lainnya. Bulan di mana perbedaan keyakinan tidak pernah laku untuk diperdebatkan. Bulan di mana topik utamanya adalah persatuan, persatuan, dan persatuan. Tak peduli kamu menyembah Tuhan dengan cara apa, yang penting kita berjabat tangan, bersatu melawan penjajahan.
Saat itulah taman-taman Makam Pahlawan menjadi simbol Persatuan, Makam para pahlawan berjejer kiri ke kanan, dengan batu nisan bermacam-macam, ada yang berbentuk salib atau bertuliskan ayat Al Quran, Cut Nyak Din yang muslim dan Soegija yang katholik tidak seiman, tapi semuanya dapat respek karena telah bersama-sama berjuang. Tak ada yang dikecualikan, Hal itu menggambarkan Indonesia tidak membeda bedakan golongan, atau agama, yang terperting saling dapat menghargai / menghormati satu sama lainnya, Demi Persatuan dan Kesatuan, pasalnya dengan bersatu, kita tidak mudah jatuh dan kalah, Red_ Harian Jejak Kasus (Pria Sakti).
Lebih jauh, para pahlawan, yang kini bersemayam di tempat luhur, mengajak kita untuk selalu berjuang sampai titik keringat penghabisan. Mereka juga teladan yang cocok untuk kejujuran, keberanian, dan pengorbanan.
Di atas itu semua, mereka membuktikan bahwa perbedaan bukan sinonim perpecahan, melainkan alasan persatuan. Mereka berulang kali membuktikan bahwa keberagaman adalah kekuatan yang begitu besar.
Hari Pahlawan yang kita peringati mengajak kita percaya dua hal: Perbedaan adalah kekayaan, dan persatuan melahirkan kekuatan. Hebat, bukan?
Persatuan merupakan kekuatan yang kokoh tak terkalahkan. Supriyanto (Pria Sakti/ilyas), Ketum NGO HDIS/ Harian Jejak Kasus).